Malam sudah semakin larut, tetapi proses isi aplikasi masih belum dimulai. Diskusi masih seputaran Cara Bayar Rumah Sakit dan pernik-perniknya. Padahal jam 8 malam sudah ada janji dengan satu nasabah lagi di Mall Taman Anggrek. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 18.30.
Akhirnya dia memutuskan untuk ambil juga, untung proses semua sudah digital, hanya dengan Handphone saja pengisian sampai pembayar dapat selesai hanya dalam waktu 15 menit saja. Dan setelah berpamitan, saya langsung bergegas menuju pertemuan berikutnya di Mall Taman Anggrek.
Singkat cerita, akhirnya kita bertemu dengan seorang anak muda yang sangat kalem, dan seperti gayanya anak muda jaman sekarang, mereka nggak cukup nyaman untuk bicara detail, bagi mereka berapa yang harus dibayar dan uangnya ada, langsung deh dia bayar aja. Sampai polis yang sudah dia miliki juga nomor hapenya masih menggunakan nomor telpon ibunya. Dan pertemuan hari ini pun diatur oleh Ibunya, bukan karena dia nggak memiliki uang, tetapi memang nggak suka dengan urusan-urusan seperti ini.
Sempat terpikir, kenapa nggak istrinya yang urus? Tetapi sebuah pembukaan cerita yang mengejutkan dia mulai. Dia bercerita bahwa belum lama telah kehilangan istrinya yang baru meninggal dunia karena terkena sakit Demam berdarah. Cukup terharu juga saya mendengar ceritanya.
Istrinya terlambat terdeteksi demam berdarahnya, sehingga HB nya drop sangat jauh. Dia bercerita, hanya dalam tempo 2 minggu saja, sudah menghabiskan uang sebanyak 200 jutaan sampai dia menjual mobil Avanza kesayangannya. Bayangkan, hampir tiap hari pihak Rumah Sakit menghabiskan uang sekitar 10 jutaan, karena posisi koma di ruang ICU.
Tetapi karena kehabisan uang, akhirnya istrinya dipindah ke Rumah Sakit yang dapat menerima BPJS, tetapi kondisi memang sudah sangat berat dan istrinya pun berpulang setelah dirawat beberapa hari di RS tersebut.
Dia bercerita, memang istrinya belum memiliki asuransi seperti dia, sehingga begitu hal ini terjadi, dia harus membayar sendiri semua biaya perawatannya, sementara anaknya pun masih balita yang membutuhkan perhatian dan banyak biaya pula.
Pengalaman inilah yang membuat dia mulai berpikir untuk membelikan asuransi kesehatan untuk anaknya. Dan menaikkan perlindungan Rumah Sakit miliknya.
Memang takdir tidak dapat kita hindari, tetapi dengan mempersiapkan segala kemungkinan, maka resiko-resiko lain bisa kita minimalkan. Janganlah kesadaran itu timbul setelah semua resiko dan dampaknya terjadi, kata pepatah Sedialah payung sebelum hujan.
Dan kita sebagai agen asuransi, jangan pernah mundur dalam memberikan informasi-informasi yang baik tentang asuransi dan mengedukasi masyarakat di sekeliling kita mengenai asuransi, karena banyak masyarakat yang membutuhkan informasi-informasi dari kita. Oleh sebab itu jangan lupa selalu belajar dan update pengetahuan kita.