Panas mulai meredup, karena matahari mulai bergeser ke ufuk, tetapi kemacetan Jakarta belum kembali dimulai. Jam masih menunjukkan pukul 15.45, jadi aturan ganjil dan genap belum mulai. Beruntung saya sampai tepat waktu sebelum Bapak-bapak polisi bertugas untuk menilang mobil-mobil yang berpelat tidak sesuai.
Setelah terpakir, saya bergegas menuju lantai 8, dan ketemu calon nasabah saya yang namanya saya dapatkan dari referensi seorang teman. Setelah berbicara dengan resepsionis, keluarlah calon nasabah yang saya yang rupanya sudah menunggu. Kemudian dia mengatakan, “Pak, kita bicara diruang atasan saya yaa? Dia juga ingin mendengar penjelasan asuransinya.”
Setelah itu saya masuk ruangan atasannya, dan berkenalan. Dari situ saya baru tahu bahwa atasannya dulunya adalah agen asuransi dan sekarang pun diperusahaan itu pun sedang membangun bisnis asuransi untuk kantor itu.
Pada kondisi ini, kita harus tetap tenang dan berpikir positip atas situasi ini. Karena ketika kita bisa tenang dang tidak merasa takut, maka pikiran kita jernih dan akan dapat memberikan jawaban-jawaban yang baik.
Kemudian Calon Klien saya mulai bertanya, “Saya mau beli asuransi Syariah sebaiknya untuk apa dulu, produk itu dibeli?”
Kemudian saya jelaskan, bahwa ketika kita mau membeli asuransi dan belum tahu untuk apa, maka coba pikirkan prioritas dengan urutan seperti ini :
- Uang Pertanggungan
- Asuransi Kecelakaan
- Penyakit Kritis
- Asuransi Kesehatan
- Investasi
Biasanya kita mulai dari Uang Pertanggungan, karena ini adalah bagian utama dari sebuah produk Asuransi Jiwa, akan keliatan lebih baik kalau ditambah dengan Asuransi Kecelakaan karena asuransi tambahan ini murah, dan kemudian mulai berpikir ke penyakit kritis, seandainya budget masih ada, barulah ke Asuransi-asuransi Kesehatan dan yang terakhir, baru kita berpikir Investasi.
Akhirnya Calon klien saya ingin tahu untuk apa Uang Pertanggungan itu, dan buat apa saja digunakannya? Akhirnya saya jelaskan UP biasanya dibuat untuk mengatasi beberapa hal, yaitu :
- Warisan
- Perlindungan Penghasilan
- Perlindungan atas hutang
- Perlindungan Pajak Waris
- Perlindungan Orang Kunci (Key Person Insurance)
- Perlindungan para Pemegang Saham (Share & Partnership Protection)
Akhirnya dia minta penjelasan detail buat Perlindungan Penghasilan dan saya putuskan memberikan informasi cara hitung kebutuhan Uang Pertanggungan yang ideal dengan rumus HLV (Human Life Value) sederhana. Dimana perhitungan ini adalah menghitung berapa penghasilan perbulan, dan untuk berapa lama perlindungan dibutuhkan. Untuk data yang dihitung, dapat menggunakan Penghasilan atau Pengeluaran Bulanan, dan dikalikan 12 bulan trus dikalikan berapa lama perlindungan itu dapat diberikan, misalnya anak terkecil usia 1 tahun, biasanya usia anak-anak yang dijadikan patokan adalah usia 25 tahun, berarti jangka waktu 24 tahun (Penghasilan/pengeluaran x 12 bulan x 24 tahun).
Dalam kasus ini didapat, angka Rp 13 Milyar. Dan setelah dihitung dibutuhkan premi pertahun 125 juta. Ketika calon nasabah melihat angka ini, dia keberatan dan saya jelaskan, bahwa ini adalah perhitungan ideal yang harus dimiliki, jadi kalau tidak bisa sampai 24 tahun, kita bisa hitung misalnya buat 10 tahun. Setelah berhitung-hitung ulang lagi, maka di dapat angka 60 juta pertahun. Dan akhirnya Calon Nasabah meminta waktu untuk berdiskusi.
Sementara atsannya yang dari tadi menyaksikan saja, mulai bertanya, kalau saya maunya 1 Milyar bisa dengan premi berapa, setelah dihitung didapat angka Rp. 1,5 juta perbulan. Dan dia langsung menyetujui, dan mau isi aplikasi saat itu, akhirnya dalam 20 menit pengisian aplikasi selesai dan masuk ke pembayaran, karena dia mau pembayaran dengan Kartu Kredit, akhirnya dalam 5 menit polis sudah terbayar. Nggak sampai 10 menit kemudian dapat notifikasi polis disetujui, wah cepet juga yaa …. dan komisi masuk paling lambat 2 hari berikutnya, itulah asyiknya jualan asuransi di FWD Life.
Teman-teman apabila kita dapat menjelaskan dengan profesional, dan dengan ilmu yang tepat, maka closing lebih mudah untuk diraih. Jadi belajarlah terus, untuk mendapat ilmu pengetahuan baru dan beraktivitas lah supaya ilmu itu meresap menjadi sebuah keahlian.